Kamis, 05 Maret 2009

Persahabatan Polisi dan Rokok

Ahad, 11 januari 2009
Perempatan Senen, sekitar pukul 09:20
hari ini, tekad ku sudah bulat.. aji mumpung..
aku tengah berdiri, ambil posisi siap untuk menyebrang. mataku sesekali melirik lampu rambu-rambu lalu lintas disebrang jalan, berharap warnanya segera menjadi merah. sesekali melihat kearah lain, hingga mataku tertumbuk pada sebuah "plank" iklan rokok multimedia yang sungguh indah. lebih indah dari menonton layar tancap,hmm.. miniatur layar bioskop mungkin lebih tepat. bagus sekali bukan?

melihat 'benda' itu, tiba-tiba pertanyaan-pertanyaan dikepalaku yang telah lama mengendap tiba-tiba saja menggeladak seperti air yang tengah mendidih. meletup-letup.. dan seketika sebuah bunyi 'TING' terdengar nyaring, bersamaan dengan pendanganku yang lurus ke bawahnya, emnumbuk beberapa orang polisi lalu linta syang tengah berjaga. yah ide bagus.. kapan lagi? ujar sudut hatiku..

diseberang sana, lampu lalu lintas telah berubah warna menjadi merah yang rona, tanda bahwa kini aku telah diperkenankan melintasi jalan raya nan terbentang itu. dengan langkah pasti aku menyebrang, lalu berbelok mendekati seorang petugas polisi yang nampaknya tak sedang sibuk.

setelah memberi salam, aku pun langsung bertanya" pak, kenapa plank iklan rokok itu ada disitu? " tanyaku seperti pertanyaan anak SD yang sungguh-sungguh menunggu jawaban dari sang guru. "Oh, itu cuma iklan kok. sekalian memperbaiki pos polisi" ujarnya seraya menunjuk pos polisi dihadapannya. enteng, begitu jawabannya. yah, memang pos polisi tempat yang mereka naungi kini jauh lebih, nyaman dan indah dari sebelumnya.

"apakah memang dari perusahaannya atau dari polisi yang mengajukan proposal pak?" tanyaku lagi. (pertanyaan bodoh, pikirku)

"wah kalau itu saya nggak tahu.. coba tanya aja sama POLANTAS yang itu.." jawabnya menunjuk seorang polantas diseberang jalan, yang tengah sibuk menertibkan lalulintas.

tiba-tiba saja, seorang polisi lalulintas lain yang tak jauh dari tempatnya berdiri, menghampiri kami. " ada apa?" tanya nya.

"ini, mba ini tanya tentang iklan rokok yang diatas itu" jawabnya, sambil berlalu. seolah hendak berkata pada temannya, tolong 'diurus' orang ini.

aku pun emngulangi pertanyaanku semula. sang polisi pun menjawab. "itu iklan dari perusahaannya. karena iklan itu sekarang pos polisi nya jadi nyaman ditinggali. tempat para polisi lain berjaga." jelas sang polisi.

"oh.. "jawabku sambil tersenyum, tentu jawaban itu sudah kuduga sebelumnya.

"ada berapa banyak pak iklan seperti itu diatas tempat polisi?"
"wah.. kalau itu saya nggak tahu.. yang jelas banyak diJakarta"
"Oh.. cuma diJakarta aja ya pak?"
"mungkin iya, nggak tahu juga"

sejak diseberang jalan tadi, sebenarnya mataku telah tertumbuk pada sosok seorang polisi dengan kepulan asap yang berasal dari sebatang rokok yang dihisapnya. sosok itulah adalah pak polisi yang kini ada dihadapanku. lalu meluncurlah pertanyaan yang sejak tadi menggelitik..

" pak, ada larangan gak larangan polisi untuk merokok?"
wajahnya langsung berubah, tiba-tiba diatas alisnya nampak kerutan yang mengurat jelas.
"Nggak" pendek, denagn nada yang dingin. selintah kutangkap ada ekspresi salah tingkah. mungkin ia berpikir, jangan-jangan salah bicara? siapa anak ini? berani-beraninya bertanya seperti itu?

aku pun berlalu setelah mengucapkan terimakasih. sebenarnya aku tak cukup puas dengan dialog singkat itu. dan bodohnya, aku lupa melihat label anma yang tertera pada saku baju dinasnya. Ah, biarlah.. kuharap ini baru kali pertama.. bukan yang terakhir. sayangnya pula aku tak membawa camera atau apa saja yang dapat mendokumentasikan sang polsii yang sedang menghisap roko, juga berbagai plank iklan rokok yang tepat berada diatas pos pak polisi di Jakarta ini...

kasihan sekali Jakarta ini, sudah banyak polusi dari knalpot kencaraan.. ditambah poulusi rokok yang kita tak pandang tempat.. kaishan para ibu2 hamil, anak-anak,.. dan masyarakat lainnya yang ingin hidup sehat namun, dipaksa dan dijejali oleh kepulan asap-asap putih itu.. asap putih yang tak memiliki keputihan hati..

Sudut Dilematis, Ahad 11 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar